Mengenal Tradisi Patehan

#100haribelajarteh H-41

Di berbagai negara, teh telah mengakar menjadi budaya dan tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Termasuk di Indonesia, khususnya di D.I Yogyakarta yang memiliki tradisi 'ngeteh' di keraton yang bernama patehan. Memiliki pakem-pakem tertentu, tradisi patehan masih berjalan hingga sekarang. Seperti apa ya patehan itu?

(sumber: gubug-wayang)

Patehan adalah

Patehan berasal dari kata teh, minuman yang diseduh. Dimana patehan adalah kegiatan menyiapkan minuman berupa teh untuk keluarga kerton. Tak sembarangan, prosesi penyipan minuman ini dilakukan dengan tata cara khusus yang berlangsung dari ratusan tahun hingga sekarang.

Patehan berada dibawah lembaga keraton yang mengelola urusan yang berhubungan dengan kerumahtanggaan keraton yang bernama Kawedanan Purayakara. Walaupuan patehan ada di dekat museum tapi kegiatan ini tidak untuk umum.

(sumber: kratonjogja)

Petugas Patehan

Untuk menyiapkan patehan ada Abdi Dalem Patehan yang siap siaga selama 24 jam dan bertugas secara giliran. Patehan dibawa oleh Abdi Dalem Keparak yang berjumlah lima orang, dimana empat orang membawa satu set rampadan teh, rampadan kopi dan klemuk sedangkan satu lagi membawa payung untuk melindungi klemuk.

Dulu, kegiatan petehan bersifat tidak terjadwal jadi bisa dilakukan sewaktu-waktu jika sultan dan keluarga menghendaki. Persiapan patehan dilakukan pukul 06.00 pagi dan 11.00 siang. 

Namun ada perubahan sejak Sri Sultan Hamengku Buwonoo IX menjabat sebagai Sultan Yogyakarta dan pejabat nasional yang mengharuskan Sri Sultan Hamengku Buwonoo IX sering berada di Jakarta.

Patehan yang awalnya terjadwal, kini penyajiannya setiap hari tapi minuman diletakkan dan didiamkan di Gedhong Parabayeksa dan diambil serta diganti pada jadwal penyajian minum berikutnya.

(sumber: kratonjogja)

Prosesi

Hal yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan perapian dan menimba air dari sumur Nyai Jalatunda. Air tersebut dimasak di ceret khusus dari tembaga, bahan yang dipercaya penolak bala. Setelah itu, air dimasukkan ke dekokan, seduhan teh sangat kental.

Dekokan dibiarkan selama setengah jam dan tidak boleh diaduk. Setelah itu, dekokan dibagi ke teko khusus raja dan teko abdi dalem keparak untuk pencicip. Jika masih ada sisa dari abdi dalem keparak, bisa diminum oleh abdi dalem patehan.

Dalam proses patehan, abdi dalem patehan wajib menggunakan samir, seledang penanda bahwa abdi dalem tersebu sedang menjalankan tugas. 

Dalam menyajikan minuman, bahan patehan memiliki takaran yang sudah ditentukan. Bahkan perlengkapan minuman seperti cangkir, nampan, teko dan sendok juga memiliki aturannya sendiri. Selain itu, ada cara-cara yang tidak boleh dilanggar agar kualitas rasanya tidak berkurang walaupun zaman sudah berubah.

Sudah saatnya, Indonesia memiliki tradisi minum teh yang bisa bertahan ratusan tahun. Mengingat Indonesia termasuk salah satu penikmat teh terbesar di dunia.

Sumber:

https://www.kratonjogja.id/kagungan-dalem/11-patehan-tempat-minuman-keraton-yogyakarta-berasal/

https://bentarabudaya.com/nft/211/tradisi-patehan-di-kraton-yogyakarta

Komentar

Postingan Populer