Pengalaman Workshop From Leaf to Cup: Green Tea
#100haribelajarteh H-35
Setelah me-review tentang teh putih, di hari ke-35 mari membahas tentang green tea atau teh hijau. Pada workshop ini ada tiga jenis green tea atau teh hijau yang didapatkan yaitu green tea kabawetan, peco super dan bancha.
Green tea atau teh hijau diproses dengan tahapan pelayuan, penghentian reaksi enzimatis atau oksidasi, penggilingan dan membentuk daun teh bisa digulung (rolled) atau dibentuk (shaped). Setelah itu dilakukan pengeringan. Proses oksidasinya hampir tidak ada karena dilakukan dibawah 10 %.
Untuk menghentikan proses oksidasi dilakukan pemanasan dengan cara panfried atau dipanaskan diatas pan serta steamed yang dilakukan dengan menggunakan uap panas. Prosedur steamed umum dilakukan untuk membuat teh hijau Jepang. Diluar Jepang umumnya menggunakan prosedur panfried.
Prosedur steamed green tea membuat daun berwarna lebih hijau. Terjadi ekstrasi cepat sehingga menyeduhkan juga tak lama. Hal ini membuat steamed green tea memiliki rasa seperti rumput laut (seaweed). Sedangkan panfried green tea umumnya memiliki aroma seperti kacang atau gula manis.
Green tea Kabawetan
Jenis green tea kabawetan yang diseduh berasal dari Kabawetan, Bengkulu. Green tea ini varietas sinenesis yang diolah dengan cara di pan fried.
Untuk menyeduhnya menggunakan 1 gram untuk 75 ml dengan suhu 90 derajat celcius dalam waktu 2 menit. Daun keringnya berwarna hijau dan aromanya vegetal mirip dengan rumput laut.
Hasil seduhannya berwarna kuning keemasan. Saya sendiri merasakan rasa seperti rumput laun dengan aftertaste agak sepat. Sedangkan pendapat lain merasakan ada rasa spring flower, chamomile dan citrusy. Seperti sedang di lautan.
Pecco
Pecco green tea ini diseduh dengan suhu 90 derajat celcius dengan waktu 2 menit. Tapi jika ingin mengurangi rasa sepat, bisa diseduh dengan suhu 80 derajat celcius.
Hasil seduhannya berwana hijau keemasan dengan aroma tamarine. Saya sendiri merasakan rasa vegetal dengan aftertaste rasa sepat. Namun, pendapat yang lain mendeskripsikan rasa pecco ini dengan earthy, oceanic, tamarine, raw potato dengan rasa astringent.
Rasa astringent adalah rasa sepet yang khas didapatkan dari daun teh atau Camellia Sinensis varietas Assamica jika diolah menjadi green tea. Daun basahnya memiliki aroma blueberry kemudian tamarine (buah asam). Aftertaste sepat yang panjang.
Bancha
Bancha yang diseduh berasal dari kebun teh dewata, Ciwidey. Berasal dari Camellia Sinensis varietas Assamica yang diproses dengan cara steamed (cara membuat teh hijau Jepang). Warna daun lebih hijau dibandingkan green tea kabawetan dan pecco. Ada aroma vegetal yang khas.
Green tea ini diseduh dengan suhu 90 derajat dengan waktu satu menit. Teh hijau yang diproses dengan cara steamed, proses seduhnya lebih cepat.
Hasil seduhannya berwarna kuning clear dibandingkan pecco dan green tea kabawetan. Saya sendiri merasakan rasa vegetal. Namun yang lain mendapatkan rasa creamy, kulit jeruk, rasa yang green dan sepet.
Komentar
Posting Komentar