Kandungan Teh Ungu, Lebih Sehat Dibandingkan Teh Hijau?
#100haribelajartea H-44
Teh ungu (bukan teh bunga telang ya) menarik atensi banyak penikmat teh. Pasalnya, teh ungu memiliki visual yang cantik dengan kandungan zat yang luar biasa baik untuk kesehatan.
Di Afrika, teh ungu telah digunakan secara turun temurun sebagai pengobatan alami atau menjaga kesehatan kulit. Serta digunakan untuk ritual seremonial, upacara penyambutan dan perayaan oleh komunitas tertentu.
Setidaknya, ada dua kandungan teh ungu yang menjadi primadona yaitu antosianin dan GHG. Emang sesehat apa sih? Lebih sehat dari teh hijau gak ya?
Teh ungu
Kita tahu bahwa daun Camellia sinensis memiliki daun berwarna hijau giok. Kini adapula daun Camellia sinensis yang ronanya berwana ungu yang khas.
Hal ini dikarenakan adanya hasil mutasi genetik yang membuat antosianinnya meningkat. Dimana, antosianin ini merupakan kandungan yang juga ada pada blueberry dan memberikan warna ungu.
Teh ungu banyak ditanam di Kenya, khususnya di daerah dataran tinggi dengan jarak 1.500 meter atau 2.700 meter di atas permukaan laut. Daerah dataran tinggi ini menerima curah hujan yang stabil dan menerima sinaran cahaya 8 sampai 9 jam.
Teh ungu juga dikenal memiliki ketahanan lingkungan lebih baik dibandingkan dengan teh hijau. Teh ungu tahan terhadap kekeringan dan suhu rendah. Selain itu, teh ungu juga memiliki ketahanan lebih baik dari hama dan penyakit.
Antosianin
Antosianin merupakan zat yang membuat daun Camellia sinensis menjadi berwarna. Warna yang dihasilkan antara ungu tua hingga ungu kemerahan tergantung dengan kultivar serta kondisi pertumbuhan. Warna ungu pada teh ungu ini bertindak sebagai tabir surya dalam proses sistem fotosintesis.
Antosianin yang termasuk kelompok flavonoid ini, merupakan antioksidan yang tinggi dan baik untuk melawan stres oksidatif serta kerusakan karena radikal bebas. Teh ungu dikenal memiliki kandungan polifenol total dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada teh hijau atau hitam.
Selain itu, teh ungu juga memiliki kadar kafein lebih sedikit dibandingkan teh yang lain. aktivitas antioksidan total juga lebih tinggi dibandingkan dengan teh hijau dan teh hitam.
GHG
GHG merupakan singkatan dari 1,2-Di-Galloyl-4,6-Hexahydroxydiphenoyl-β-D-Glucose. GHG merupakan senyawa bioaktif yang ada pada teh ungu.
GHG beroperasi melalui beberapa mekanisme, seperti menghambat lipase pankreas untuk mengurangi penyerapan lemak, menekan adipogenesis dan lipogenesis, dan mencegah pembentukan jaringan lemak.
Senyawa bioaktif GHG bisa membantu mengendalikan kenaikan kadar gula darah setelah makan. Antosianin dari teh ungu bisa menunda penyerapan karbohidrat di usus halus sehingga meningkatkan kontrol glikemik.
Dengan kadar GHG yang tinggi, dikutip dari pmc.ncbi.nlm.nih.gov, ekstrak teh ungu yang kaya GHG menunjukkan pengurangan signifikan dalam indeks massa tubuh (BMI), lingkar pinggang, dan berat badan keseluruhan.
Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa GHG merupakan senyawa yang dapat menghampat lipase lebih baik dibandingkan EGCG dalam teh hijau. Selain itu, GHG juga berguna untuk pengendalian nafsu makan yang kemungkinan mengirimkan sinyal kenyang.
Teh ungu digadang-gadang sebagai teh yang lebih sehat dari teh hijau dan teh hitam. Dua kandungan tersebut, membuat teh ungu menjadi primadona, khususnya bagi siapa saja yang ingin melakukan manajemen obesitas.
Informasi terkait kandungan yang ada pada teh ungu terus berkembang. Dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar efektivitas teh ungu dalam mencegah penyakit dan manajemen obesitas.
Sumber:
https://www.gaturagreens.com/blog/what-is-purple-tea
https://purposetea.com/blogs/blog/5-healthy-benefits-of-drinking-purple-tea?srsltid=AfmBOorOXINxzFB2Lu4cO57Dqo1_GIhgZ_fw9bbbm5rUG8ehpoknR1wf
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11698542/
Komentar
Posting Komentar